BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dalam makalah ini
mencakup komunikasi kelompok dan organisasi. Komunikasi kelompok merupakan
interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang
telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah,
yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi
anggota-anggota yang lain secara tepat. Sedangkan komunikasi organisasi
merupakan pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok
formal maupun informal dari suatu organisasi. Dan masih banyak yang lain yang
berhubungan dengan komunikasi kelompok dan organisasi. Maka dari itu di dalam
makalah ini membahas lebih mendalam tentang komunikasi kelompok dan organisasi
Kelompok dan
organisasi merupakan struktur, yang dapat diinterpretasikan sebagai
aturan-aturan dan sumber daya organisasi. Struktur-struktur ini sebagai
gantinya, menciptakan sistem sosial di dalam organisasi.
Teori
penstrukturan adaptif didasarkan pada pemikiran sederhana bahwa kegiatan
manusia merupakan sumber yang menciptakan dan menciptakan kembali lingkungan
sosial dimana kita berada. Giddens (1979), “Memandang struktur sosial sebagai
pedang bermata dua. Struktur dan aturan yang kita ciptakan membatasi perilaku
kita
1.2 Maksud dan Tujuan
Untuk mengetahui konsep dari
komunikasi kelompok. Untuk mengetahui tentang apa saja yang terkait dalam
komunikasi organisasi. Untuk mengetahui format interaksi komunikasi organisasi.
Selain itu juga untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah komunikasi
agribisnis
BAB II
TINAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok adalah
komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil”
seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984).
Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok
sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan
yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan
masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi
anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di
atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki
susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok.
Sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut:
ü Kelompok berkomunikasi
melalui tatap muka;
ü Kelompok memiliki sedikit
partisipan;
ü Kelompok bekerja di bawah
arahan seseorang pemimpin;
ü Kelompok membagi tujuan atau
sasaran bersama;
ü Anggota kelompok memiliki
pengaruh atas satu sama lain
2.1.1 Prinsip
Dasar Komunikasi
Kelompok merupakan bagian
yang tidak dapat dilepaskan dari aktivitas kita sehari-hari. Kelompok baik yang
bersifat primer maupun sekunder, merupakan wahana bagi setiap orang untuk dapat
mewujudkan harapan dan keinginannya berbagi informasi dalam hamper semua aspek
kehidupan. Ia bias merupakan media untuk mengungkapkan persoalan-persoalan
pribadi (keluarga sebagai kelompok primer), ia dapat merupakan sarana
meningkatkan pengethuan para anggotanya (kelompok belajar) dan ia bias pula
merupakan alat untuk memecahkan persoalan bersama yang dihadapi seluruh anggota
(kelompok pemecahan masalah). Jadi, banyak manfaat yang dapat kita petik bila
kita ikut terlibat dalam seuatu kelompok yang sesuai dengan rasa ketertarikan
(interest) kita. Orang yang memisahkan atau mengisolasi dirinya dengan orang
lain adalah orang yang penyendiri, orang yang benci kepada orang lain
(misanthrope) atau dapat dikatakan sebagai orang yang antisosial.
Ada empat elemen
yang muncul dari definisi yang dikemukakan oleh Adler dan Rodman tersebut,
yaitu :
v Elemen pertama adalah
interaksi dalam komunikasi kelompok merupakan faktor yang penting, karena
melalui interaksi inilah, kita dapat melihat perbedaan antara kelompok dengan
istilah yang disebut dengan coact. Coact adalah sekumpulan orang yang secara
serentak terkait dalam aktivitas yang sama namun tanpa komunikasi satu sama
lain. Misalnya, mahasiswa yang hanya secara pasif mendengarkan suatu
perkuliahan, secara teknis belum dapat disebut sebagai kelompok. Mereka dapat
dikatakan sebagai kelompok apabila sudah mulai mempertukarkan pesan dengan
dosen atau rekan mahasiswa yang lain.
v Elemen yang kedua adalah
waktu. Sekumpulan orang yang berinteraksi untuk jangka waktu yang singkat,
tidak dapat digolongkan sebagai kelompok. Kelompok mempersyaratkan interaksi
dalam jangka waktu yang panjang, karena dengan interaksi ini akan dimiliki
karakteristik atau ciri yang tidak dipunyai oleh kumpulan yang bersifat
sementara.
v Elemen yang ketiga adalah
ukuran atau jumlah partisipan dalam komunikasi kelompk. Tidak ada ukuran yang
pasti mengenai jumlah anggota dalam suatu kelompok. Ada yang memberi batas 3-8
orang, 3-15 orang dan 3-20 orang. Untuk mengatasi perbedaan jumlah anggota
tersebut, muncul konsep yang dikenal dengan smallness, yaitu kemampuan setiap
anggota kelompk untuk dapat mengenal dan memberi reaksi terhadap anggota
kelompok lainnya. Dengan smallness ini, kuantitas tidak dipersoalkan sepanjang
setiap anggota mampu mengenal dan memberi rekasi pada anggota lain atau setiap
anggota mampu melihat dan mendengar anggota yang lain/seperti yang dikemukakan
dalam definisi pertama.
v Elemen terakhir adalah
tujuan yang mengandung pengertian bahwa keanggotaan dalam suatu kelompok akan
membantu individu yang menjadi anggota kelompok tersebut dapat mewujudkan satu
atau lebih tujuannya
2.1.2 Klasifikasi Komunikasi Kelompok dan Karakteristiknya
Telah banyak
klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, namun dalam
kesempatan ini kita sampaikan hanya dua klasifikasi kelompok yaitu :
v Kelompok primer dan sekunder
Horton
Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat, 1994) mengatakan bahwa
kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan
akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan
kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak
akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.
Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya, sebagai berikut:
Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya, sebagai berikut:
1.
Kualitas komunikasi pada kelompok primer
bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling
tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan
dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang
menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi
bersifat dangkal dan terbatas.
2.
Komunikasi pada kelompok primer bersifat
personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal.
3.
Komunikasi kelompok primer lebih menekankan
aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya
4.
Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif,
sedangkan kelompok sekunder instrumental.
5.
Komunikasi kelompok primer cenderung informal,
sedangkan kelompok sekunder formal.
6.
Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan.
v Kelompok deskriptif dan kelompok
preskriptif
John F. Cragan
dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan
peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat
proses pembentukannya secara alamiah. Kelompok preskriptif, mengacu pada
langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan
kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam format kelompok preskriptif,
yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan
prosedur parlementer.
2.1.3 Fungsi Komunikasin Kelompok
Dalam suatu komunikasi kelompok
terdapat fungsi-fungsi komunikasi itu sendiri antara lain :
v Fungsi
pertama dalam kelompok adalah hubungan sosial, dalam arti bagaimana suatu
kelompok mampu memelihara dan memantapkan hubungan sosial di antara para
anggotanya seperti bagaimana suatu kelompok secara rutin memberikan kesempatan
kepada anggotanya untuk melakukan sktivitas yang informal, santai dan
menghibur.
v Pendidikan
adalah fungsi kedua dari kelompok, dalam arti bagaimana sebuah kelompok secara
formal maupun informal bekerja unutk mencapai dan mempertukarkan pengetahun.
Melalui fungsi pendidikan ini, kebutuhan-kebutuhan dari para anggota kelompok,
kelompok itu sendiri bahkan kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi. Namun
demikian, fungsi pendidikan dalam kelompok akan sesuai dengan yang diharapkan
atau tidak, bergantung pada tiga faktor, yaitu jumlah informasi baru yang
dikontribusikan, jumlah partisipan dalam kelompok serta frekuensi interaksi di
antara para anggota kelompok. Fungsi pendidikan ini akan sangat efektif jika
setiap anggota kelompk membawa pengetahuan yang berguna bagi kelompoknya. Tanpa
pengetahuan baru yang disumbangkan msing-masing anggota, mustahil fungai
edukasi ini akan tercapai.
v Dalam
fungsi persuasi, seorang anggota kelompok berupaya mempersuasikan anggota
lainnya supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Seseorang yang terlibat
usaha-usaha persuasif dalam suatu kelompok, membawa resiko untuk tidak diterima
oleh para anggota lainnya. Misalnya, jika usaha-usaha persuasif tersebut
terlalu bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok, maka
justru orang yang berusaha mempersuasi tersebut akan menciptakan suatu konflik,
dengan demikian malah membahayakan kedudukannya dalam kelompok.
v Fungsi keompok juga dicerminkan dengan
kegiatan-kegiatannya untuk memecahkan persoalan dan membuat
keputusan-keputusan. Pemecahan masalah (problem solving) berkaitan dengan
penemuan alternatif atau solusi yang tidak diketahui sebelumnya; sedangkan
pembuatan keputusan (decision making) berhubungan dengan pemilihan antara dua
atau lebih solusi. Jadi, pemecahn masalah menghasilkan materi atu bahan untuk
pembuatan keputusan.
v Terapi adalah fungsi kelima dari kelompok.
Kelompok terapi memiliki perbedaan dengan kelompok lainnya, karena kelompok
terapi tidak memiliki tujuan. Objek dari kelompok terapi adalah membantu setiap
individu mencapai perubahan personalnhya. Tentunya, individu tersebut harus
berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya guna mendapatkan manfaat, namun
usaha utamanya adalh membantu dirinya sendiri, bukan membantu kelompok mencapai
konsensus. Contoh dari kelompok terapi ini adalah kelompok konsultasi
perkawinan, kelompok penderita narkotika, kelompok perokok berat dan
sebagainya. Tindak komunikasi dalam kelompok-kelompok terapi dikenal dengan
nama pengungkapan ciri (self disclosure). Artinya, dalam suasana yang
mendukung, setiap anggota dianjurkan untuk berbicara secara terbuka tentang apa
yang menjadi permasalahannya. Jika muncul konflik antar anggota dalam diskusi
yang dilakukan, orang yang menjadi pemimpin atau yang memberi terapi yang akan
mengaturnya.
Dalam organisasi, komunikasi berfungsi untuk :
Pengaturan dan
operasi, yakni untuk kepentingan penyelesaian pekerjaan dan membereskan tugas
demi pencapaian tujuan. Inovasi/pembaharuan, untuk kepentingan pembaharuan dan
pengubahan tata kerja demi penyesuaian, kelangsungan hidup, dan pengembangan
organisasi di tengah lingkungan yang terus berubah. Sosialisasi atau pembinaan,
yakni berkaitan dengan anggota sebagai manusia. Khusus dalam upaya motivasi,
pengimbalan, dan moral kerja. Sosialisasi berdampak kepada :
-
Harga diri anggota
-
Hubungan interpersonal dalam organisasi
-
Motivasi ; integrasi kepentingan
2.2 Pengertian Komuniaksi Organisasi
Komunikasi
organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam
kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005).
Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri
dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di
dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan
dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan
surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui
secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada
anggotanya secara individual.
Korelasi antara
ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus
kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu. Ilmu
komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang berlangsung dalam
organisasi, metode dan teknik apa yang dipergunakan, media apa yang dipakai,
bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa yang menjadi penghambat, dan sebagainya.
Jawaban-jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah untuk bahan telaah
untuk selanjutnya menyajikan suatu konsepsi komunikasi bagi suatu organisasi tertentu
berdasarkan jenis organisasi, sifat organisasi, dan lingkup organisasi dengan
memperhitungkan situasi tertentu pada saat komunikasi dilancarkan.
2.2.1 Pendekatan Dalam Komunikasi Organisasi
Kita dapat
melakukan pendekatan pada organisasi sekurang-kurangnya melalui empat
persepektif: pendekatan manajemen ilmiah atau klasik, pendekatan hubungan antar
manusia, pendekatan sistem, dan pendekatan kultural (Goldhaber,1990).
a. Pendekatan ilmiah
Pendekatan
ilmiah menganggap bahwa organisasi harus menggunakan metoda-metoda ilmiah untuk
meningkatkan produktivitas. Berbagai studi pengendalian secara ilmiah akan
memungkinkan manajemen mengidentifikasi cara-cara atau alat untuk meningkatkan
produktivitas, dan pada akhirnya akan meningkatkan laba. Dalam pandangannya ini
produktivitas pada umumnya menyangkut masalah fisik dan psikologis.
Produktivitas dipandang dalam bentuk permintaan phisik akan pekerjaan dan
kemampuan psikologis para pekerjanya.
b. Pendekatan hubungan antar manusia
Pendekatan
hubungan antarmanusia berkembang sebagai reaksi terhadap perhatian eksklusif
faktor-faktor phisik dalam mengukur keberhasilan organisasi. Salah satu asumsi
prinsip dari pendekatan hubungan antarmanusia adalah bahwa kenaikan kepuasan
kerja akan mengakibatkan kenaikan produktivitas. Seorang karyawan yang bahagia
adalah karyawan yang produktif. Oleh karena itu, fungsi manajemen adalah
menjaga agar para karyawan terus merasa puas.
c. Pendekatan sistem
Pendekatan
sistem mengkombinasikan unsur-unsur terbaik dari pendekatan ilmiah dengan
pendekatan hubungan antarmanusia. Pendekaan ini memandang organisasi sebagai
suatu sistem dimana semua bagian berinteraksi dan setiap bagian mempengaruhi
bagian lainnya. Organisasi dipandang sebagai suatu sistem terbuka-terbuka
terhadap informasi baru, responsif terhadap lingkungan, bersifat dinamis dan
selalu berubah.
d. Pendekatan kultural
Sebuah
pendekatan kontemporer mengenai organisasi menganggap bahwa perusahaan harus
dipandang sebagai suatu kesatuan sosial atau kultur (pilotta, Widman, &
Jasko, 1988;Putnam & Pacanowsky, 1983). Seperti pada umumnya suatu kelompok
atau kultur sosial yang selalu memiliki aturan mengenai misalnya, perilaku
peran, kepahlawanan, dan nilai-nilai, maka demikian juga suatu organisasi. Oleh
karena itu, pada pendekatan ini organisasi harus meneliti untuk
mengidentifikasikan jenis kultur dan norma-norma atau nilai-nilai spesifik yang
dianutnya. Tujuan dari analisis ini adalah untuk memungkinkan kita bisa
memahami bagaimana organisasi berfungsi dan bagaiama hal itu mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh para anggotanya (karyawannya) dalam kultur organisasi itu
.
2.2.2 Jaringan Komunikasi Organisasi
Yang dimaksud
dengan jaringan disini adalah saluran yang digunakan untuk meneruskan pesan
dari satu orang ke orang lain. Jaringan ini dapat dilihat dari dua perspektif.
Pertama, kelompok kecil sesuai dengan sumberdaya yang dimilikinya akan
mengembangkan pola komunikasi yang menggabungkan beberapa struktur jaringan
komunikasi. Jaringan komunikasi ini kemudian merupakan sistem komunikasi umum
yang akan digunakan oleh kelompok dalam mengirimkan pesan dari satu orang ke
orang lainnya. Kedua, jaringan komunikasi ini bisa dipandang sebagai struktur
yang diformalkan yang diciptakan oleh organisasi sebagai sarana komunikasi
organisasi.
v
Struktur
jaringan komunikasi
a.
Struktur
lingkaran
Struktur
lingkaran tidak memiliki pemimpin. Semua anggota posisinya sama. Mereka
memiliki wewenang atau kekuatan yang sama untuk mempengaruhi kelompok. Setiap
anggota bisa berkomunikasi dengan dua anggota lain di sisinya. Struktur roda
b.
Struktur
roda
Memiliki
pemimpin yang jelas, yaitu yang posisinya di pusa. Orang ini merupakan
satu-satunya yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua anggota. Oleh
karena itu, jika seorang anggota ingin berkomunikasi dengan anggota lain, maka
pesannya harus disampaikan melalui pemimpinnya.
c. Struktur Y
c. Struktur Y
Struktur Y
relatif kurang tersentralisasi dibanding struktur roda, tetapi lebih
tersentralisasi dibanding dengan pola lainnya. Pada struktur Y juga terdapat
pemimpin yang jelas. Tetapi satu anggota lain berperan sebagai pemimpin kedua.
Anggota ini dan mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang lainnya. Ketiga
anggota lainnya komunikasinya terbatas hanya dengan satu orang lainnya.
d. Struktur rantai
d. Struktur rantai
Struktur rantai
sama dengan struktur lingkaran kecuali bahwa para anggota yang paling ujung
hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja. Keadaan terpusat juga
terdapat disini. Orang yang berada di posisi tengah lebih berperan sebagai
pemimpin daripada mereka yang berada di posisis lain.
e. Struktur semua saluran
e. Struktur semua saluran
struktur semua
saluran atau pola bintang hampir sama dengan struktur lingkaran dalam arti
semua anggota adalah sama dan semuanya juga memiliki kekuatan yang sama untuk
mempengaruhi anggota lainnya. Akan tetapi, dalam struktur semua saluran, setiap
anggota bisa berkomunikasi dengan setiap anggota lainnya. Pola ini memungkinkan
adanya partisipasi anggota secara optimum.
2.2.3 Arus Komunikasi Organisasi
Pembahasan
mengenai komunikasi dalam organisasi dalam bentuk arah arus informasinya sangat
penting. Komunikasi ke atas dan ke bawah (sering disebut vertikal) dan
komunikasi lateral barangkali merupakan yang paling penting. Di samping itu,
kita akan melihat pada informasi samar dan juga pada sebab dan akibat adanya
kepadatan informasi.
a.
Komunikasi
ke atas
Komunikasi ke
atas merupakan pesan yang dikirim dari tingkat hirarki yang lebih rendah ke
tingkat yang lebih tinggi-misalnya, para pelaksana ke manajernya, atau dari
para dosen ke dekan fakultas. Jenis komunikasi ini biasanya mencakup
(1)kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan, (2)masalah yang berkaitan dengan
pekerjaan dan pertanyaan yang belum terjawab, (3)berbagai gagasan untuk
perubahan dan saran-saran perbaikan; dan (4)perasaan yang berkaitan dengan
pekerjaan mengenai organisasi, pekerjaan itu sendiri, pekerjaan lainnya, dan
masalah lain yang serupa.
Komunikasi ke
atas sangat penting untuk mempertahankan dan bagi pertumbuhan organisasi.
Komunikasi itu memberikan manajemen umpan balik yang diperlukan mengenai semangat
kerja para karyawannya dan berbagai ketidakpuasan yang mungkin. Komunikasi itu
juga membuat bawahan memiliki rasa memiliki dan merasa sebagai bagian dari
organisasi. Di samping itu juga memungkinkan manajemen memiliki kesempatan
untuk memperoleh berbagai gagasan baru dari para pegawainya.
Masalah tentang
komunikasi ke atas Di samping penting bagi organisasi, komunikasi atas itu
sulit dikendalikan. Salah satu masalahnya adalah pesan yang mengalir ke atas
seringkali merupakan pesan yang perlu di dengar oleh hirarki yang lebih tinggi
lagi. Para pekerja seringkali enggan mengirim pesan yang negatif karena merasa
khawatir mereka dianggap sebagai biang keladi.
b.
Komunikasi
ke bawah
Komunikasi ke
bawah merupakan pesan yang dikirim dari tingkat hirarki yang lebih tinggi ke
tingkat yang lebih rendah. Sebagai contoh, pesan yang dikirim oleh manajer
kepada karyawannya atau dari dekan fakultas kepada para dosennya adalah
komunikasi ke bawah. Perintah seringkali merupakan contoh jelas untuk
komunikasi ke bawah:”Ketik surat ini rangkap dua,””Kirim barang ini sebelum
tengah hari.” Tulis kopi iklan ini,” dan sebagainya.
Masalah tentang komunikasi ke bawah
Manajemen dan karyawan seringkali berbicara dengan bahasa yang berbeda. Banyak
manajer yang tidak mengetahui bagaimana agar pesan mereka dapatdipahami oleh
karyawannya. Misalnya saja, kebanyakan manajer memilki pendidikan yang lebih
tinggi dan banyak bahasa teknis mengenai bisnis daipada para karyawannya.
c.
Komunikasi
lateral
Komunikasi
lateral adalah pesasn antara sesama-manajer ke manajer, karyawan ke karyawan.
Pesan semacam ini bisa bergerak di bagian yang sama di dalam organisasi atau
mengalir antar bagian. Komunikasi lateral merupakan komunikasi yang terjadi
antara dua dosen sejarah di perguruan tinggi yang sama. Juga bisa merupakan
komunikasi antara dua dosen psikologi di dua universitas yang berbeda. Masalah
pada komunikasi lateral Salah satu masalah yang jelas pada komunikasi lateral
adalah bahasa yang khusus yang dikembangkan oleh divisi tertentu di dalam
organisasi. Bahasa semacam itu seringkali sulit dipahami oleh penerima pesan.
Untuk bisa berkomunikasi dengan psikolog misalnya, maka perlu berbicara dengan
bahasa psikologi- untuk mengetahui arti dari beberapa istilah seperti skedul,
pemantapan, egoisme, katarsis, STM, dan asosiasi bebas.
d.
Kabar
burung
Menurut ahli
organisasi, John Baird (1977), meskipun kabar burung merupakan bagian dari
komunikasi informal dalam setiap organisasi besar, jenis komunikasi itu jangan
digunakan terlalu sering seperti folklore yang sudah biasa kita ketahui.
Biasanya kabar burung tidak terjadi pada iklim yang stabil. Perubahan dan
ketidakjelasan mendorong timbulnya kabar burung. Bagaimanapun juga tidaklah
mengherankan apabila jenis komunikasi ini menghasilkan ketepatan informasi yang
tinggi.
e.
Kepadatan
informasi
Sekarang ini,
dengan kecanggihan teknologi, kepadatan informasi merupakan salah satu masalah
kita yang terbesar. Informasi dikembangkan dengan kecepatan tinggi sehingga
sulit untuk diikuti semuanya dan dianggap relevan untuk satu jenis pekerjaan
tertentu. Dengan kadar yang berbeda-beda setiap orang harus mampu menyeleksi
informasi tertentu dan menganggap informasi lain tidak penting. Kepadatan
informasi tampaknya sudah menjalar di semua organisasi. Dan sudah barang tentu,
inilah penyebab mengapa begitu banyak
organisasi yang mengunakan komputer untuk mengatasinya. Dengan menaruh apa saja
ke dalam komputer memang relati mudah dan efisien untuk mengatasi kecepatan
informasi. Tetapi cara itu tidak merupakan jawaban untuk semuanya. Beberapa
kerja manusia masih diperlukan untuk mengerjakan informasi-sekurang-kurangnya
biasanya demikian. Dan dalam kondisi informasi yang terlalu padat, maka
kesalahan sudah biasa terjadi, hanya karena seseorang tidak bisa menyediakan
waktu yang dibutuhkan untuk segalanya. Semakin kita sibuk, semakin banyak
kesalahan yang kita buat. Di samping itu masih banyak lagi penundaan antara
pengiriman pesan dengan pelaksanaan tindakan yang diperlukan, dan penundaan itu
merupakan hal yang tidak efisien dan menelan biaya bagi organisasi.
2.3 Kekuatan dan Kelemahan KKO
Kelebihan yaitu
bahwa proses ini dapat terus berlangsung dan berubah secara konstanartinya
komunikasi organisasi bukanlah suatu yang terjadi kemudian berhenti
terjadisepanjang waktu. Dengan sifat dinamik tersebut maka komunikasi ini bisa
disesuaikandengan kondisi yang berlaku dan bukan merupakan tipe komunikasi yang
kaku.Sedangkan kelemahan dari komunikasi kelompok dan organisasi yaitu
bagaiamana menyampaikaninformasi keseluruhan bagian organisasi prosesi ini berhubungan
dengan aliran informasi.
Organisasi
mengandalkan inovasi dan harus mampu menghasilkan informasi.. Guezknow(1965)
mengatakan informasi dalam suatu organisasi dapat terjadi tiga bentuk
serentak,berurutan, serta dengan cara kombinasi. Sering kali pesan-pesan
disebut memo ataumemorendum dikirim kepada sejumlah orang dalam sebuah
organisasi. Seperti pertemuanDosen semua Fakultas di suatu Universitas, Rektor
memberikan pesan kepada semua dosesnsekaligus. Pengirimiman pesan secara
serentak ini dapat menggambarkan ketidakeffektifankomunikasi antara individu
karena penyampaian pesan bisa secara tiba – tiba tanpa adanyahubungan
komunikasi dulu. Komunikasi organisasi tidak perlu langsung dan sering kaliagak
kurang dipengaruhi emosi dan lebih cendrung melibatkan pengaruh antar
pribadisebagai kebalikan dari pemusan sasaran organisasi yang rasional
(Goloberg dan Larson,1985)
2.4 Kegunaan KKO
Komunikasi
organisasi memberikan gambaran suatu konsep
individu, mikro – makro dangabungan serta evaluasi keadaan internal. Dari
gambaran tersebut akan menjelaskankeseluruhan tingkat kepuasaan dalam
lingkungan komunikasi organisasi (Sudianto, 2008).Kepuasan memiliki makna
sebagai suatu konsep yang biasanya berkenaan dengankenyamanan, jadi kepuasan
dalam komunikasi berarti seseorang merasa nyaman denganpesan-pesan media dan
hubungan dalam organisasi. Kenyamanan memiliki kecendrungan,dalam hal ini
kadang-kadang menyebabkan individu lebih menyukai pelaksanaan terbaruuntuk
peningkatan individu
BAB III
PEMBAHASAAN
PEMBAHASAAN
3.1 Fenomena Cooperative farming (CF) di Kediri, Jawa Timur
Cooperative
farming dapat diartikan sebagai model pemberdayaan kelompok petanimelalui
rekayasa sosial, ekonomi, teknologi, dan nilai tambah. Model CF di Jawa Timur
jugamenerapkan keempat rekayasa tersebut. Rekayasa sosial dilakukan dalam
bentuk penguatankelembagaan tani, penyuluhan, dan pengembangan SDM. Rekayasa
ekonomi dilakukan dalambentuk pengembangan akses permodalan, pengadaan saprodi,
dan akses pemasaran. Rekayasateknologi dilakukan melalui kesepakatan antara
teknologi anjuran dengan kebiasaan petani.Terakhir, rekayasa nilai tambah
dilakukan dengan pengembangan usaha off farm yangterkoordinasi secara vertikal
dan horisontal
CF terdiri atas
beberapa seksi guna mendukung program CF. Posisi tertinggi ditempatimusyawarah
anggota, wahana pengambilan keputusan penting bagi kelangsungan organisasi
CF.Posisi kedua ditempati forum komunikasi kelompok yang beranggotakan wakil
dari masing-masing subkelompok. Forum komunikasi bertugas mengawasi kebijakan
pengurus, memeriksadan menilai pelaksanaan organisasi, dan bertanggung jawab
atas hasil pemeriksaan kepadamusyawarah anggota. Selanjutnya posisi ketiga
adalah pengelola kelompok, yang terdiri atasmanajer, sekretaris, dan bendahara.
Pengelola dipilih dari anggota yang mempunyai kemampuandan memenuhi kriteria
fungsi masingmasing jabatan. Fungsi manajer antara lain adalahmengkoordinasikan
dan mengendalikan organisasi CF, melaksanakan rencana kegiatan kelompok,
mewakili kepentingan kelompok dengan pihak luar, mengembangkan usahakelompok,
dan memberi alternatif pemecahan masalah yang ditemui kelompok CF di
lapangan.Seksi-seksi dibentuk sesuai dengan kebutuhan. Terdapat lima seksi
dalam kelompok CF di JawaTimur, yaitu pengelolaan air, alsintan, permodalan dan
saprodi, produksi, serta pascapanen danpemasaran. Setiap seksi bekerja di bawah
koordinasi manajer, melaksanakan fungsinya dalaminternal kelompok maupun
bekerja sama dengan pihak luar, misalnya dalam penyusunan rencanadan penyiapan
saprodi.
Gambar menunjukkan sinergi
kerja antar-stakeholder CF. Lembaga keuangan
dari pihak swasta melakukan investasi terhadap penghasil saprodi
dalam hal ini Petrokimia untuk pupuk (1)dan Syang Hyang Seri untuk benih (2).
Dua pihak swasta penghasil input tersebut menjalinkemitraan dengan CF dalam
penyediaan pupuk (3) dan benih (4). Pihak pemerintah dalam hal iniDinas
Pertanian bertindak sebagai fasilitator bagi pihak swasta dan kelompok
sekaliguskatalisator implementasi kegiatan CF (5). Saprodi dari mitra kerja
yang disalurkan melalui pusatkegiatan kelompok, yaitu penggilingan padi (6),
digunakan anggota CF untuk berusaha tani (7).Ketika panen, para anggota
melakukan pascapanen terpadu (8) di penggilingan padi (9).Apabila kegiatan
pascapanen sudah tuntas, produk dipasarkan oleh Dolog sebagai pihak swastamitra
pemasaran (10) dengan permodalan dari pinjaman Bank Bukopin (11). Mekanisme di
atassecara periodic diawasi dan dievaluasi oleh kelompok maupun mitra kerja.
Melalui pengurus,kelompok melaporkan kinerjanya kepada investor untuk melihat
kelayakan usaha (12).
Cooperative
farming secara langsung telah memberdayakan lembaga tani yang ada,
yaitukelompok tani, mengembangkan kualitas SDM melalui penyuluhan tentang
pentingnyakemitraan, kesepakatan, dan kebersamaan. Selain itu, kerja sama secara
vertical dan horisontaldengan pihak swasta dengan fasilitator pemerintah telah
mampu mengurangi caracara koordinasiyang bersifat topdown dan sentralistik.
Pola topdown dan sentralistik masih tercermin dalammodel corporate farming.
Pada CF, pemerintah memfasilitasi petani melalui pemberdayaansecara bottom-up
dan terdesentralisasi, sehingga lebih mengenai sasaran utama yaitumengembangkan
kualitas SDM petani. Petani akan secara aktif terlibat dalam setiap kegiatan
danmempunyai sense of belonging yang tinggi akan keberhasilan usaha
kelompoknya, karenaorganisasi tersebut berasal, dikelola, dan diambil
manfaatnya oleh petani sendiri.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Komunikasi
kelompok mempunyai pengertian sebagai berikut interaksi secara tatap muka
antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti
berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana
anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang
lain secara tepat. Di dalam komunikasi kelompok juga mencakup tentang prinsip,
klasifikasi dan karakteristik komunikasinya, fungsi kelompok serta faktor yang
mempengaruhi keefektifan kelompok. Sedangkan Komunikasi organisasi mempunyai
oengertian sebagai berikut pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi
di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi. Serta mencakup
pendekatan-pendekatan yang terkait dalam komunikasi organisasi, selain itu
terdapat pula jaringan komunikasi dan arus dalam komunikasi. Serta format interaksi
komunikasi organisasi terdiri dari komunikasi interpersonal, publik dan
komunikasi kelompok kecil.
Peningkatan
produksi sebagai dampak positif penerapan teknologi dan input lainnyamuncul
berbagai permasalahan yang berkaitan dengan proses pengolahan produk hingga
tahappemasaran kepada konsumen. Permasalahan tersebut menekankan keterampilan
setiap pelakuindividu dalam prosesnya. Keterampilan individu tercakup dalam
setiap aspek pengolahan untuk memproduksi hasil. Salah satu individu yang
perlu dijadikan titik perhatian yaitu petani.Petani dalam proses produksi hasil
tani membentuk sebuah kelompok yang dikenalsebagai kelompok tani, dari kelompok
tersebut membentuk sebuah kelembagaan yang disebutGabungan Kelompok Tani.
Tujuan yaitu untuk pola distribusi informasi merata sehinggaterbentuk
koordinasi. Dalam kelompok tersebut terdapat perwakilan dari kelompok kecil
taniyang dikenal sebagai kontak tani.
Dari lembaga
tersebut disalurkan informasi seputar pertanianke masing – masing kontak tani,
kemudian dari kontak – kontak tani didistribusikan kepadakelompok tani kecil
masing – masing. Proses ini disebut komunikasi kelompok dan organisasi.Salah
satu bentuk komunikasi organisasi dan kelompok yang sudah diterapakan
yaituCooperative Farming. Bentuk komunikasi ini telah mengefektifkan jalur
komunikasi dari petanike pihak – pihak swasta dan negeri untuk kepentingan
produktivitas pertanian
4.2 Saran
Semoga dengan
ditulisnya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Serta dapat mengetahui
tentang seluk beluk dalam komunikasi kelompok dan komunikasi organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad, Arni. 1989. KOMUNIKASI ORGANISASI. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Alvin. A Goloberg – Carl El Larson, Komuniasi Kelompok, UI Press jakarta
1985: 10
Guezknow. 1965. Dalam Komunikasi
Organisasi Sebagai Mobilitas Sosial.
Diaksesmelaluihttp://www.uinsuska.info/dakwah/attachments/093_10komunikasiorganisasi.pdf.Tanggal
akses 11/10/2010.
Goloberg dan Larson, 1985. Dalam Komunikasi Organisasi Sebagai Mobilitas
SosiaDiakses melalui http://www.uinsuska.info/dakwah/attachments/093_10komunikasiorganisasi.pdf. Tanggal akses 02/10/2012
Muhammad. 2005. Dalam. Proses Komunikasi Diakses
melaluihttp://psdg.bgl.esdm.go.id/makalah/PrOsesKomNew.pdf. Tanggal akses
01/10/2012/
Nuryati. 2004. Bagaimana Prospek Cooperative Farming Berbasis Padi –
Palawija.
PusatAnalisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor. Diakses 03 http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr274053.pdf .
Tanggal akses 0/10/2012
Sudianto. 2008. Komunikasi Organisasi Sebagai Mobilitas Sosial. Diakses melaluihttp://www.uinsuska.info/dakwah/attachments/093_10komunikasiorganisasi.pdf.
Tanggalakses 02/10/2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar